Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Seni Budaya Kelas 8 Bab 13 Penerapan Pola Lantai pada Gerak Tadi


Tari tradisional sudah ada seiring dengan sejarah perkembangan tari itu sendiri. Kita dapat belajar dan mengamati dari sejarah perkembangan tari di Indonesia yang telah diwariskan para seniman tari sebagai hasil karya cipta yaitu tari tradisional. Tari tradisional tidak terlepas dari pola kehidupan sosial budaya masyarakat daerah setempat. 





Sehingga, setiap daerah mempunyai tari tradisional yang berbeda. Keberagaman tari tradisional mempunyai keunikan sendiri. Bentuk tari setiap daerah harus terus dipelihara, dilestarikan dan ditradisikan sebagai suatu warisan budaya. 





Pola lantai pada tari tradisional Indonesia hampir sama dengan tari modern yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lengkung termasuk pola lingkaran dan garis lurus bisa membuat segi empat, segitiga, atau berjajar. Pola lantai dapat juga dilakukan dengan cara kombinasi antara garis lurus dan garis lengkung. Kombinasi ini dilakukan agar gerak lebih dinamis. 





Pola lantai tari Saman dari Aceh menggunakan garis lurus. Para penari duduk lurus di lantai selama menari, seperti gambar berikut : 









Pola lantai tari Bedaya di Keraton Surakarta atau Yogyakarta banyak menggunakan pola garis lurus. Garis lurus pada tarian Saman dan Bedaya merupakan simbolisasi pada hubungan vertikal dengan Tuhan dan horisontal dengan lingkungan sekitar. 





Tari Kecak unik dari segi gerak dan dari segi pola lantai. Kecak lebih banyak menggunakan pola lantai melingkar atau lengkung, tidak menggunakan pola lantai garis lurus. Hal ini memiliki kesamaan dengan pola lantai tari Randai dari Sumatra Barat. 





Berikut contoh tari Kecak : 









Tata rias dan tata busana pada tari tradisional memiliki fungsi penting. Ada dua fungsi tata rias dan tata busana pada tari tradisional yaitu 1). Sebagai pembentuk karakter atau watak, 2) sebagai pembentuk tokoh. Pembentukan karakter atau watak dan tokoh dapat dilihat pada tata rias wajah yang digunakan dan busana yang dipakai. 





Karakter pemarah, jahat, dan sejenisnya menggunakan tata rias dan busana berwarna merah dominan. Contohnya tokoh raksasa pada epos Ramayana digambarkan dengan riasan wajah yang merah menyala, bagian mulut penuh taring, tata busana yang digunakan berwarna merah, menggunakan rambut gimbal panjang dan menyeramkan. 





Karakter tokoh baik pada epos Ramayana menggunakan riasan cantik seperti riasan pada Pregiwa sebagai istri Gatot Kaca. Tata rias dan tata busana tampak cantik dan bersahaja. Tata rias dan busana juga dapat menunjukkan tokoh lucu, seperti pada tata rias dan busana Punakawan yaitu Semar, Petruk, Bagong, dan Gareng. 





Tata rias dan busana pada tari tradisional bersumber pada epos dan tarian lepas yaitu tarian yang tidak berhubungan dengan cerita Ramayana. Tokoh dan karakter dapat dijumpai pada tari tentang fauna seperti Tari Merak. Tata rias pada tari Merak yang digunakan memperlihatkan seekor burung Merak yang indah. 





Tata busana yang digunakan merupakan perwujudan sayap merak, tutup kepala sebagai ciri khas yang menunjukkan perwujudan burung Merak. Selain itu, ada juga tari tentang fauna yang lain yaitu tari Kijang dari Jawa Tengah, tari Burung Enggang dari Kalimantan, tari Cendrawasih dari Bali, tari Kukilo dari Jawa Tengah. 





Properti merupakan unsur pendukung dalam tari. Ada tari yang menggunakan properti tetapi ada juga yang tidak menggunakan. Properti yang digunakan ada yang menjadi nama tari tersebut. Contoh tari Payung menggunakan payung, tari Piring menggunakan piring, Tari Lawung dari keraton Yogyakarta menggunakan Lawung (tombak) sebagai properti tarinya. 





Ada juga tarian yang menggunakan properti tetapi tidak digunakan sebagai nama tarian. Contoh tari Pakarena menggunakan Kipas, tari Serimpi dari Yogyakarta atau Surakarta ada yang menggunakan Kipas, Keris atau properti lain. Tari Nelayan, tari Tani menggunakan tudung kepala dan hampir semua jenis tarian perang menggunakan tameng dan senjata perang lain seperti keris. 





Ada juga tarian yang menggunakan properti kukusan yaitu tempat untuk membuat tumpeng terbuat dari anyaman bambu yang digunakan sebagai kurungan dalam tari Lengger gaya Banyumasan. 





Berikut contoh tari Tani menggunakan caping sebagai propertinya : 









Berikut tari Kipas menggunakan kipas sebagai propertinya : 









Bahasa musik dapat dipahami lintas budaya, agama, suku, ras, dan juga kelas sosial. Melalui musik segala jenis perbedaan dapat disatukan. Musik sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi 2 yaitu iringan internal dan eksternal. Iringan internal memiliki arti iringan tersebut dilakukan sekaligus oleh penari. 





Contoh iringan internal yaitu tari Saman, Penari menyanyi sebagai iringan sambil melakukan gerak. Iringan internal juga dijumpai pada tari daerah Papua, penari membunyikan tifa sebagai iringan gerakan. 





Iringan eksternal memiliki arti iringan yang berasal dari luar penari. Iringan ini berupa iringan dengan menggunakan alat musik yang dimainkan atau pemusik atau yang berasal dari tape recoder. Jenis tari tradisional di Indonesia lebih banyak menggunakan iringan eksternal daripada iringan internal. 





Musik iringan tari berfungsi sebagai iringan gerakan tari, ilustrasi dan pembangun suasana. Musik iringan tari sebagai iringan gerakan memiliki arti bahwa ritme musik dengan ritme gerakan tidak sama. Musik dapat ditabuh secara menghentak tetapi gerakan yang dilakukan dapat mengalir dan mengalun. 





Sedangkan musik iringan sebagai membangun suasana sering dilakukan pada tarian yang memiliki desain dramatik agar suasana yang ditampilkan sesuai dengan tujuan cerita. 





Tari merupakan rangkaian gerak sebagai simbol yang memiliki makna sehingga merupakan rangkaian cerita. Gerak tari yang bersumber pada ragam gerak Jawa berbeda dengan Sumatra, Sulawesi maupun daerah lainnya. Kondisi sosiologis dan antropologis serta demografis mempengaruhi setiap ragam gerak pada tari. 





Contohnya tari pada keraton, gerak yang dilakukan terasa halus dan tenang. Kondisi ini sesuai dengan lingkungan keraton yang lebih menonjolkan kedamaian dan ketenteraman serta keteraturan. Gerak tari yang berkembang di masyarakat luas terkesan spontan, dinamis, dan mudah dilakukan oleh siapa saja. 





Jenis tari pergaulan merupakan contoh gerak tari yang berasal dari keseharian masyarakat luas. Contohnya tari Zapin, merupakan tari pergaulan yang dapat ditarikan dimanapun, kapanpun, dengan siapapun dan apapun acaranya. Komposisi tari pun dilakukan secara sederhana dan spontan, tidak ada aturan baku sebagai salah satu ciri tari kerakyatan.




Daftar Pustaka
Purnomo, Eko., Deden H., Buyung R., & Julius Juih. 2017. Seni Budaya SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.