Keterbatasan Adalah Kekuatan!
Menjadi seorang guru bukanlah sekedar menyampaikan materi pelajaran di hadapan para siswa, namun guru juga harus mampu mendidik siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik. Di dalam menyampaikan materi pelajaran, dibutuhkan seni dalam mengajar. Layaknya seniman yang harus piawai bermain peran di atas pentas. Agar guru mampu mneyihir para siswanya untuk bangkit dan bersemangat dalam belajar. Ini tidaklah mudah bagi seorang guru, apalagi guru yang masih tergolong baru seperti Saya, butuh berjuta ilmu dan strategi yang harus Saya kuasai agar mampu menaklukkan para siswa.
Awal karir Saya menjadi guru, Saya tidak pernah berpikir untuk memberikan pembelajaran yang terbaik bagi siswa, mengembangkan kreatifitas dalam mengajar atau bahkan memikirkan strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yang ada di dalam benak Saya, yang penting masuk kelas, memberikan catatan, dan menjelaskan materi pelajaran.
Tak ayal banyak siswa yang tidak begitu puas dengan kehadiran Saya menjadi guru, apalagi mata pelajaran yang Saya ampu adalah mata pelajaran IPA Terpadu, dibutuhkan banyak kegiatan praktikum yang harus diterapkan untuk menunjang dan mempermudah siswa dalam memahami teori dan konsep yang sudah dipelajari di dalam kelas.
Dulu, Saya sangat jarang melakukan kegiatan praktikum, bahkan tidak pernah sama sekali. Yang membuat Saya tidak bersemangat dalam melakukan kegiatan praktikum, mungkin karena kurangnya sarana yang memadai di sekolah kami.
Sentilan pedas pun datang dari rekan guru, kata-kata itu sungguh sangat menusuk batin Saya, kala itu. Saya terdiam seribu bahasa, ingin rasanya Saya membalasnya untuk membela diri. Namun Saya sadar, Saya harus bangkit dan harus membuktikan kalau Saya bisa melakukannya meskipun dalam keterbatasan.
Setelah beberapa tahun menjalani profesi yang mulia ini, Saya mulai sadar dan bertanya pada diri sendiri. Apa manfaat yang sudah Saya berikan kepada siswa Saya? Selama ini Saya tidak pernah memikirkan tentang bagaimana mengajar yang lebih kreatif agar siswa merasa senang dalam belajar, sehingga bunyi bel sekolah tak lagi ditunggu-tunggu oleh siswa. Sejak itu Saya mulai berpikir untuk memberikan ilmu yang benar-benar bermanfaat bagi siswa, sehingga kelak ketika mereka sudah tak lagi menjadi pesertadidik Saya, ada kenangan dan ilmu yang berkesan bagi siswa-siswi Saya, yang sulit mereka lupakan.
Setelah saya mencoba mengembangkan kreatifitas saya dalam mengajar, saya mulai menemukan jati diri dan mulai menikmati profesi ini, mencoba untuk memantaskan diri menjadi pendidik sejati yang mendidik dengan hati.