Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Seni Budaya Kelas 7 Bab 8 Menulis Naskah Fragmen


Konflik adalah pertentangan yang terjadi antara satu tokoh dengan tokoh lainnya, bersifat pertentangan batin atau fisik. Seluruh perjalanan drama dijiwai oleh konflik tokoh-tokohnya. Tokoh utama disebut protagonis, tokoh yang bertentangan dengan tokoh utama disebut antagonis. 





Naskah adalah bahan untuk bermain teater. Karakter dan tokoh tertulis di dalam naskah. Alur cerita/plot tertulis pada naskah, sehingga memudahkan pemain dan sutradara untuk menafsirkan watak yang diinginkan pengarang.





Menulis naskah drama sebaiknya mengikuti langkah-langkah penyusunan naskah drama, agar semua yang ingin dibangun, seperti plot/jalan cerita, karakter tokoh, latar, dialog, dan peristiwa (setting) dapat tersusun dengan baik.





Berikut langkah-langkah menulis naskah drama : 





1. Menentukan Tema





Tema merupakan ide dasar dari keseluruhan naskah. Pesan pengarang yang ingin disampaikan, diketahui melalui tema. Pengarang dapat menentukan tema cerita seperti persahabatan, kasih sayang, kepahlawanan, pengorbanan, ketulusan, dan perjuangan.





2. Menentukan Alur Cerita





Alur adalah jalan cerita dari tema, merupakan rangkaian cerita yang disusun dari awal sampai akhir sehingga terbentuk cerita yang jelas dan utuh. Tahap penyusunan alur akan terlihat masalah-masalah yang terjadi, seperti tempat kejadian peristiwa dan tokoh-tokoh yang mengisi cerita. 





3. Menyusun Adegan





Adegan ditampilkan dalam setiap babak. Setiap adegan cerita, akan diketahui urutan tokoh-tokoh yang akan tampil, dipilih peristiwa atau kejadian mulai tahap pengenalan sampai kejadian paling menarik sebagai puncak.





4. Membuat Dialog-Dialog Tokoh





Perbedaan drama dengan karya sastra lain yaitu drama dibangun berupa dialog-dialog antartokoh. Ketika membuat dialog-dialog tiap tokoh, harus menyesuaikan dengan karakteristik tokoh yang dibuat, misalnya tokoh orang tua, tentu bahasa dan tingkah lakunya berbeda dengan anak sekolah. 





Dialog tokoh juga di tentukan oleh latar belakang lingkungan masing-masing. Orang dari daerah pedesaan, gaya bahasanya berbeda dengan orang dari perkotaan dan lingkungan lain. Dialek/gaya bahasa tiap tokoh yang berasal dari tiap suku bangsa juga akan berbeda dan mempunyai keunikan masing-masing. 





Hal tersebut sebaiknya dapat tergambar pada naskah secara keseluruhan, sehingga naskah drama menjadi unik dan menarik untuk dimainkan dalam pertunjukan teater. 





Cuplikan adegan naskah Panji Semirang : 





Panji Inu Kertapati dan seluruh pasukan dari Kerajaan Kahuripan di persilakan memasuki sebuah gapura yang terbuat dari kayu. Setelah melewati gapura, Panji Inu Kertapati dan anak buahnya dibawa ke sebuah ruangan cukup luas. Rombongan dari Kerajaan Kahuripan dijamu dengan aneka makanan, buah-buahan, dan minuman. Mereka pun makan bersama. 





Panji Semirang : “Dengan cara begini, aku ingin membuktikan pada kalian semua bahwa aku dan anak buahku bukanlah gerombolan perampok.”





Panji Inu Kertapati : “Kami mempercayainya. Kalian ternyata orang baik. Terima kasih atas jamuannya. Ngomong-ngomong apa nama kerajaan ini?”





Panji Semirang : “Kerajaan Asmarantaka.”





Panji Inu Kertapati : “Apa makna dari nama itu?”





Panji Semirang : “Asmarantaka artinya Asmara yang berapi-api. Orang yang asmaranya terlalu berapi-api bisa dibakar rasa isi dan dengki.”





Panji Inu Kertapati : “Apa maksud dengan kata api asmara, rasa iri dengki, dan asmara berapi-api itu?”





Panji Semirang : Sebelum kulanjutkan, ”Apakah Raden ingat tentang perasaan Ajeng Asih kepada Raden?”





Panji Inu Kertapati : “O, itu? Menurutku, itu wajar. Dia kan calon saudara iparku, jadi wajar jika dia cinta padaku hanya sebagai saudara.” 





Panji Semirang : Sebenarnya wajar, tetapi Raden harus ingat. ”Api asmara membuatnya tega. Api asmara membuat seseorang menjadi jahat luar biasa.” (Bersenandung)





Panji Inu Kertapati : Aku pernah mendengar syair semacam itu, tetapi ”Siapa yang mengucapkannya ya?” 





Panji Semirang : “Wajar kalau Raden lupa. Banyak orang yang mengucapkan kata-kata itu.”





Panji Inu Kertapati : “Ya kamu benar. Dari mana kamu tahu Ajeng Asih cinta padaku?”





Panji Semirang : “Raden, aku ini Raja. Aku mempunyai kenalan dimana-mana, termasuk Ajeng Asih.”





Panji Inu Kertapati : “Kamu kenal Candra Kirana juga?”





Panji Semirang : “Aku sangat tahu Candra Kirana. Dia itu cantik jelita. Bukan begitu Raden?”





Panji Inu Kertapati : “Apakah Panji Semirang kenal dengan Candra Kirana?”





Panji Semirang : “Iya aku kenal. Siapa yang tidak mengenal Candra Kirana.”





Panji Inu Kertapati : “Apakah kisanak pernah bertemu dengannya?”





Panji Semirang : “Pernah, dulu sering bertemu. Tetapi sekarang tidak lagi. Dengan Ajeng Asih pun aku sering bertemu.”





Panji Inu Kertapati : “Jadi kisanak kenal dengan Ajeng Asih dan Candra Kirana?”





Panji Semirang : “Iya aku mengenalnya.”





Panji Inu Kertapati : “Bagaimana pendapatmu dengan Ajeng Asih?”





Panji semirang : “Ajeng Asih itu jahat!”





Panji Inu Kertpati : “Jahat?” (Panji Inu Kertapati mengamati wajah lelaki itu lekat-lekat. Panji semirang senyum dan menunduk malu. Panji Inu Kertapati merasa pernah melihat senyuman itu)





Panji Semirang : “Ya, Ajeng Asih itu jahat.”





Panji Inu Kertapati : “Jangan memfitnah Panji, Sepengetahuanku Ajeng Asih itu baik.”





Panji Semirang : “Baik kepada siapa? kepada Raden? Tentu saja ia baik kepada Raden karena ia suka kepada Raden.”





Panji Inu Kertapati : “Tidak mungkin Ajeng Asih suka padaku. Aku kan tunangannya Candra Kirana.”





Panji Semirang : “Raden akan tahu sendiri nanti.”





Panji Inu Kertapati : “Baiklah Panji Semirang, terima kasih atas jamuan yang telah diberikan. Kami akan melanjutkan perjalanan kami.”





Panji dan Rombongan OUT





Berikut contoh pementasan teater Panji Semirang : 













Daftar Pustaka
Purnomo, E., Deden, H., Buyung, R. & Julius, J. 2017. Seni Budaya SMP/MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.